
Bogor – Dekan Fakultas Kedokteran Militer Unhan RI, Mayor Jenderal TNI Dr. Dr. dr. AJ. Didy Surachman, Sp.OT(K) Spine., S.H., M.HKes., MARS, yang diwakili oleh Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FKM Unhan RI, Brigjen TNI Dr. dr. Krisna Murti, Sp.BS., membuka secara resmi pelatihan bertema “Pemeriksaan Gen Resisten Bakteri Mycobacterium tuberculosis dengan Military Precision untuk Mendukung Program Eliminasi TB”, yang mengedepankan konsep military precision sebagai penguatan upaya nasional dalam Eliminasi TB. Kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari mulai tanggal 27-28 November 2025 bertempat di Ruang Introduction, Lantai 1 Laboratorium dan Galeri Anatomi Fakultas Kedokteran Militer, Kampus Bhineka Tunggal Ika, Unhan RI. (Kamis, 27/11).
Dalam sambutannya, Dekan FKM Unhan RI menegaskan bahwa tema pelatihan ini tidak hanya relevan secara ilmiah, tetapi juga memiliki dampak strategis dalam menurunkan beban Tuberkulosis di Indonesia. Di tengah meningkatnya kasus MDR-TB dan XDR-TB, pendekatan berpresisi tinggi menjadi kunci, karena deteksi gen resistensi menuntut kecepatan, ketepatan, dan akurasi diagnostik untuk memastikan penanganan yang efektif. Konsep military precision menekankan disiplin, ketelitian metodologis, dan koordinasi yang solid layaknya operasi yang menuntut zero error.
Lebih lanjut, Dekan menyampaikan bahwa para peserta diharapkan mampu menguasai teknik pemeriksaan genetik secara komprehensif, memahami urgensi deteksi dini resistensi obat, serta menerapkannya sebagai garis pertahanan pertama dalam mencegah penularan TB resisten. Peran tenaga kesehatan, pemeriksa laboratorium, dan calon praktisi kesehatan militer dinilai sangat vital dalam menjamin akurasi diagnosis dan ketepatan penatalaksanaan. Pada akhir sambutan, Dekan menyampaikan apresiasi kepada seluruh narasumber, instruktur, dan panitia yang telah mempersiapkan kegiatan ini dengan baik sehingga memberikan manfaat strategis bagi peningkatan kapasitas nasional di bidang kesehatan militer.


Wakil Dekan Bidang Keuangan dan Umum FKM Unhan RI, Kolonel Laut (K/W) dr. Lila Irawati T. W., Sp.An., M.Kes., menegaskan bahwa kegiatan pelatihan ini sejalan dengan karakter FKM Unhan RI yang mengintegrasikan kompetensi kedokteran dengan muatan kemiliteran sebagai penguatan ciri khas institusi. Fokus pada biodefense dan kemampuan surveillance menjadi bagian penting yang membedakan FKM Unhan RI, terutama dalam menghadapi ancaman biologis dan penyakit menular yang membutuhkan deteksi dini berbasis presisi.
Beliau menjelaskan bahwa MBRC berperan sebagai pusat pengembangan riset bio-militer untuk melahirkan peneliti muda yang kompeten, baik bagi kebutuhan militer maupun kontribusi nasional. Pelatihan pemeriksaan gen resisten TB ini menjadi titik awal penguatan kapasitas tersebut yang ke depan akan dikembangkan menjadi program berkelanjutan dan lintas bidang sehingga kemampuan diagnostik, surveillance, dan respon kesehatan berbasis biodefense dapat semakin terintegrasi.

Kegiatan hari pertama difokuskan pada pendalaman materi oleh Dr Arief Budi Witarto.,B.Eng.,M.Eng, kepala Departemen Biokimia dan Biologi Sel Molekuler, yang meliputi Bioinformatika Mutasi Gen dan Perancangan Primer, Optimasi penanganan sampel serta praktikum mengenai Ekstraksi DNA dari sputum TB. Pada hari kedua, peserta melanjutkan dengan Teori terkait dengan Metode Diagnosis, NGS dan perbandingan biaya pemeriksaan molekuler TB, serta sesi praktik laboratorium yang berfokus pada Pemeriksaan berbasis qPCR (Quantitative Polymerase Chain Reaction) sebagai tahap fundamental dalam analisis genetik.


Kegiatan pelatihan ini diikuti oleh para dosen Fakultas Kedokteran Militer Unhan RI serta peserta dari berbagai rumah sakit dan institusi kesehatan, antara lain RSPPN Panglima Besar Soedirman, RSPAD Gatot Subroto, RSAU dr. Esnawan Antariksa, RS Marinir Cilandak, RS TK IV Cijantung, RS TK III Salak, RSAU dr. M. Hasan Toto, RSPAU dr. S. Hardjolukito, RSAL dr. Mintohardjo, INA-RESPOND, dan FKIK Universitas Mataram. Partisipasi lintas satuan ini memperkuat kolaborasi strategis dalam meningkatkan kapasitas diagnostik resistensi TB, sekaligus menegaskan pentingnya sinergi antara lembaga pendidikan, rumah sakit militer, dan institusi kesehatan nasional untuk mewujudkan Eliminasi TB melalui pendekatan yang presisi, terukur, dan berbasis keilmuan.